Kamis, 13 November 2008

GAMBAR-GAMBAR GEDUNG YANG ADA DI BENGKALIS
(PKL_BATANG melayu tulen)


Koleksi Sejarah di Kabupaten Bengkalis

Asal Mule Name Bengkalis


asal mula nama Bengkalis diambil dari Kata " Mengkal" yang berarti sedih atau sebak dan " Kalis" yang bearti tabah, sabar dan tahan ujian kata ini di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu baginda sampai di pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. dengan ungkapan " Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini " sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan " oh baginda sedang Mengkalis " dari kisah ini timbullah kata mengkalis, bahkan berubah menjadi kata Bengkalis. Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau di sambut oleh batin Senggoro dan beberapa Batin pucuk suku "asli" Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Berita Raja Kecil adalah pewaris kerajaan Johor semakin menumbuhkan rasa hormat Batin-Batin di maksud, sehingga mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis. Namun melaui musyawarah beliyau dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh dan Datuk Kampar dan para Batin, di sepakati bahwa pusat kerajaan didirikan di dekat Sabak Aur yakni di sungai Buantan salah satu anak Sungai Siak, pusat kerajaan itu didirikan pada tahun 1723. Kerajaan inilah kemudian berkembang menjadi kerajaan Siak Sri Indra Pura, yang pernah menguasai kawasan yang luas di pesisir pantai Sumatra bagian utara dan tengah sampai ke perbatasan Aceh. Catatan sejarah menunjukkan, bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak. Di Bengkalislah wawasan mendirikan kerajaan Siak di mufakati. Dan di Bengkalis pula bantuan moral dari rakyat di padukan ketika beliau keluar dari Bintan. Sejarah juga mencatat, setelah belanda semakin berkuasa. Maka Bengkalis pula yang menjadi tempat kedudukan residen pesisir timur pulau Sumatra berdasarkan perjanjian dengan Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syarifudin menyerahkan pulau bengkalis kepada Hindia Belanda tanggal 26 Juli 1823. Sejarah juga mencatat sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis sudah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di selat Melaka. Terutama sebagai persinggahan saudagar yang keluar masuk sungai Siak. Bahkan sejak Tapung (Petapahan) di temui timah (1674) dan emas.peran Bengkalis dalam hubungan Melaka dengan kerajaan di pesisir timur Sumatra semakin besar, terutama dimasa berdirinya kerajaan Gasib. Di masa pemerintahan Sultan Mansur Syah tahun (1459-1477) Gasib di kuasai oleh Melaka, raja Gasib yang belum menganut agama Islam di Islamkan dan di beri gelar Sultan " Ibrahim" dan di jadikan wakil Sultan Melaka di Gasib, sejak itu kerajaan Gasib di bawah kepimpinan Sultan Ibrahim ( Sebelum di Islamkan bernama Megat Kudu) menjadi kawasan pengembangan Islam.
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Sinopsis Kuburan Dare Sembilan

Assalamualaikum Wr.Wb Encik-encik, Puan-puan dan Tuan-tuan Berikut ini adalah Sinopsis tentang Kuburan dara Sembilan atau disebut juga Benteng Batin Hitam (Senggoro) Encik-encik, Puan-puan dan Tuan-tuan Sejak saman dahulu yaitu sekitar tahun 1512 Bengkalis yang kita cintai ini sudah ada, bahkan dapat dikaitkan dengan zaman prasejarah. Pulau Bengkalis sejak dahulu telah dihuni oleh manusia, dengan pola kehidupan yang sangat tradisional, dan telah memiliki tatanan pemerintahan yaitu dalam bentuk perbatinan (pemerintahan), terutama perbatinan orang-orang suku asli dan perbatinan Senggoro di Senggoro dan Batin Alam di Sungai Alam, Batin Penebal di Penebal, Batin Senderak di Senderak, Batin Kembung di Kembung, Batin Bengkalis di Bengkalis, Batin Putih di Ketam Putih. Meskipun perbatinan Senggoro dikala itu masih memeiliki lingkungan yang sangat kecil sekali disinilah sebagai pusat pemerintahan kampong Bengkalis perbatinan Senggoro terletak dipesisir Pulau Bengkalis, telah memiliki tatanan pemerintahan yang sangat disegani dan diperhitungkan karena telah memiliki orang-orang pilihan dan terlatih serta berani mempertaruhkan nyawanya dalam mempertahankan wilayahnya. Perbatinan dibawah pimpinan Batin Hitam (Batin Senggoro) mereka telah mengatur strategi dan taktik mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang sampai saat ini dikenal dengan nama “Benteng Batin Hitam (Batin Senggoro)”, nbenteng persembunyian Para gadis kampong Bengkalis yang saat ini dikenal dengan nama “Kuburan Dara Sembilan”. Benteng Batin Hitam, dahulunya dilengkapinya dengan meriam-meriam yang terpasang dan siap untuk ditembakkan terhadap para musuh atau lanun yang akan mengganggu ketentraman kampung Bengkalis. Sedangkan kuburan Dara Sembilan merupakan Benteng khusus untuk melindungi para dara jelita (gadis) kampong Bengkalis dari serangan Portugis dan Lanun yang suka memaksa atau menculik para dara/gadis. Dari itu Batin Hitam membangun benteng tempat persembunyian para gadis/dara yang letaknya lebih kurang 75 Meter dari Benteng Batin Hitam. Kematian dara/gadis sebanyak sembilan orang itu bermula dari kejadian kerusuhan yang dilakukan oleh Portugis atau lanun. Sembilan orang gadis atau dara disembunyikan di dalam benteng tersebut yang kunci rahasianya berada dibagian luar, sedangkan juru kuncinya melakukan perlawanan menyerang Portugis atau Lanun. Serangan Portugis atau Lanun sangat dahsyatnya sehingga mengakibatkan benteng itu roboh dan menutupi tempat kunci rahasia, sehingga pintu persembunyian tidak bias dibuka dan menyebabkan sembilan dara atau gadis terkubur dibenteng itu dan tidak tertolong. Mereka meninggal secara bersama di dalam benteng itu, sampai sekarang benteng itu disebut “Kuburan Dara Sembilan”. Namun dengan kerja keras Batin Hitam dan kawan-kawan yang belum tergoyahkan menghasilkan kemenangan yang membuat para lanun mundur mengakui kekalahannya. Demikian Terima Kasih Wabillahitaufikwalhidayah. W.W Bengkalis, 14 november 2008 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis.
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Bandar Bengkalis

bandar Bengkalis terletak di Pulau Bengkalis yang berbatasan sebelah utara dan timur dengan Selat Malaka, sebelah selatan dan barat dengan Selat BEngkalis. Pulau yang lebih dikenal dengan julukan pulau terubuk ini, menurut cerita orang tua-tua dari mulut ke mulut yang dapat dipercaya pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1645 Masehi, pernah ada sepasang suami istri tiba di kampong Muntai yaitu sebuah desa yang terletah di sebelah utara pulau Bengkalis, mereka datang dari negeri seberang yakni Malaka. Sebagai pendatang dari sebuah negeri yang memiliki tamadun yang tinggi, tak pelak lagi bahwa mereka menjadi tempat bertanya bagi penduduk tempatan. Mereka bergaul dengan tidak ada merasa asing lagi, dan dari hari kehari pergaulan mereka semakin akrab. Namun sebagai suami istri yang sudah lama menikah, mereka belum dikaruniai seorang anak. Didorong oleh rasa ingin memiliki anak, akhirnya mereka mengangkat seorang anak perempuan, kemudian diberi nama Intan. Selang beberapa lama Ibu angkat Intan hamil pula, dan tak beberapa lama kemudian lahir pula seorang anak perempuan yang mereka beri nama Encik Mas. Buka saja pertumbuhan dan perkembangan kedua anaknya saja semakin hari semakin bertambah, demikian pula halnya dengan laut Muntai / Selat Malaka yang kian ramai dilewati perahu-perahu asing. Mengingat letak kampung Muntai sangat berdekatan sekali dengan Bandar Malaka dan banyaknya pendatang yang datang membeli buah suntai, maka oleh Ayah Encik Mas mengusulkan kepada Batin Muntai agar ditunjuk seseorang menjadi Datuk Bandar yang berkedudukan di Muntai. Setelah melalui beberapa ujian sepakatlah seluruh Batin menunjuk Ayah Encik Mas menjadi Datuk Bandar Bengkalis yang pertama. Pada tahun 1675 Masehi Datuk Bandar pertama Bengkalis meninggal dunia dan hal ini seiring dengan beranjak dewasa kedua putrinya, sebagai penggantinya maka ditunjuklah anak kandungnya Encik Mas sebagai Datuk Bandar Bengkalis yang kedua. Dalam upaya menjaga ketertiban dan ketentraman pulau Bengkalis, Encik Mas telah membentuk badan keamanan di dalam Bandar dan beliau tidak mengizinkan untuk mendirikan angkatan bersenjata dan kenderaan laut, karena menurut beliau bila hal ini dibentuk akan menimbulkan niat jahat menyerang negeri lain. Putra Raja Bone dating ke Bengkalis Selang beberapa waktu kemudian, sekitar tahun 1680 Masehi, Pulau Bengkalis didatangi oleh sebuah perahu layer, kalau ditinjau dari peralatannya dapatlah dikatakan sebuah kapal perang dari Sulawesi Selatan yaitu Wajok. Didalamnya terdapat empat orang putra Sultan Wajok, yaitu masing-masing bernama Daeng Tuagik, Daeng Puarik, Daeng Ronggik dan Daeng Senggerik. Selang beberapa purnama tinggal di Bengkalis, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalannya dan mohon diri kepada Datuk Bandar. Akan tetapi salah seorang dari mereka ini, yaitu Daeng Tuagik tidak ikut melanjutkan perjalanan, dengan alasan bahwa beliau belum puas tinggal di Bengkalis. Selama tinggal di Bengkalis timbul niatnya untuk mempersunting Encik Mas. NIat tersebut disampikannya kepada Encik Mas, ternyata niat Daeng Tuagik mendapat tanggapan baik dari Encik Mas. Melalui perantaraan orang-orang Encik Mas menyampaikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oelh Daeng Tuagik bila kelak menjadi suami Encik Mas, yaitu sebagai berikut : 1. Keturunannya (Daeng Tuagik dengan Encik Mas) hingga keanak cucu nantinya, tidak boleh memakai gelar dari Sulawesi. 2. Daeng Tuagik sendiri tidak boleh membentuk angkatan bersenjata di laut, sebagaimana terdapat dalam dasar pemerintahan Bugis. Maka diterimanyalah syarat-syarat tersebut. Tidak beberapa lama kemudian diadakan acara peminangan dan berlanjut dengan dilaksanakan acara yang meriah sekali . Pada usia perkawinan Datuk Bandar Bengkalis dengan Daeng Tuagik genap satu tahun bertepatan dengan itu pula atas mufakat bersama ditabalkan Daeng Tuagik sebagai ketua Panglima-panglima yang ada di Bengkalis dengan gelar Panglima Tuagik, di bawah Pemerintah Datuk Bandar Bengkalis. Panglima Tuagik adalah keturunan dari dua suku Bangsa Bugis yang dikenal gagah berani dan perkasanya, yaitu mengarungi lautan dan menghapuskan segala perampok atau menghadang kapal-kapal Belanda yang berniat menjajah bangsanya. Ibu Negeri Bengkalis Dipindahkan Dekat Sungai Bengkalis Daeng Tuagik berniat memindahkan ibu Negeri Bengkalis. Hal ini disampaikannya kepada Istrinya Datuk Bandar Bengkalis dengan alasan Ibu Negeri sekarang tidak sesuai lagi dengan keadaan, menurutnya harus dipindahkan dekat Sungai Bengkalis yang posisinya menghadap Selat Bengkalis. Sekitar tahun 1690 Masehi Encik Mas melahirkan seorang anak laki-laki, maka mereka memberi nama Jamal dan setelah anak ini dewasa dinamakannya Encik Jamal. Setelah berumur tiga puluh tahun, maka oleh Ibundanya diangkatlah Encik Jamal sebagai Datuk Bandar Jamal. Sekitar tahun 1720 Masehi terpikir pula oleh Datuk Bandar Jamal, untuk membuat sebuah perahu, maka dibuatnyalah sebuah perahu yang amat besar, perahu tersebut menyerupai perahu-perahu yang banyak terdapat di daerah Sulawesi. Setelah perahu tersebut siap maka perahu itu diberi warna kuning bertumpuk-tumpuk pada bagian badannya dengan memakai layer Bugisnya. Layer dan Jip (layar kecil di depan) berwarna putih. Perahu yang besar itu diberi nama Lancang kuning. Pada tahun 1720 Masehi itu juga dikawinkanlah Datuk Bandar Jamal dengan anak Datuk Batin Senderak. Panglima Tuagik Ikut Menyerang Johor Setelah mendengar maksud dan tujuan Yang Dipertuan Raja Kecil, orang-orang Bengkalis ingin bersama-sama membantu perjuangan Raja Kecil itu. Untuk membantu maksud tersebut dibentuklah sebuah angkatan yang dikepalai oleh Datuk Panglima Tuagik, siap siaga menunggu perintah. Dipenghujung tahun 1720 Masehi Pasukan Panglima Tuagik beserta Raja Kecik berlayarlah menuju Johor. Setelah Pertempuran hamper reda dan keadaan dapat dikendalikan, Yang Dipertuan Raja Kecil dilantik menjadi Sultan Johor yang Bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah pada tahun 1720. adapun Panglima Tuagik, setelah Penabalan Yang Dipertuan Raja Kecil menjadi Sultan, Iapun kembali ke Bengkalis beserta Panglima-panglima membawa kemenangan yang gemilang. Semenjak kepulangan itu Beliau selalu saja berada dalam Lancang Kuning Anaknya. Pada tahun 1722 Masehi ibunda dari Datuk Bandar Jamal yaitu Encik Mas jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Adapun istri dari Datuk Bandar Jamal melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Encik Ibrahim.
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Panglime Minal

Menurut sejarah, Panglima Minal wafat pada usia 91 tahun sekitar 1700 M. Pada zaman pemerintahan Sultan Siak Jalil Rahmad Syah. Berawal dari tragedy kekacauan oleh perampok / bajak laut atau lanun yang merajalela di perairan Selat Bengkalis terutama Tanjung Kongkong sampai Tanjung Jati. Kekhawatiran serta kewalahan para Panglima yang ada di kerajaan Siak pada saat itu dalam menghadapi kekacauan yang dilakukan para bajak laut. Sultahn Siak Jalil Rahmad Syah mengeluarkan titah kepada masyarakat bahwa, barang siapa yang dapat menumpas para lanun / perampok yang berleluasa di laut perairan Selat Bengkalis, Sultan berjanji akan melantiknya menjadi Panglima Kerajaan. Mendengar titah Sultan Siak itu seorang pemuda yang bertubuh kekaar, perkasa dan berjambang yang bernama Minal diam-diam menyanggupi titah Sultan untuk menumpas para lanun yang membuat keonaran tersebut. Minal melakukan penyisiran di perairan Selat Bengkalis dengan menggunakan perahu kecil, di suatu wilayah Minal bertemu dengan tongkang si bajak laut, disitulah Minal bermula memperkenalkan taringnya sebagai wira, membuat para lanun menjadi kecut menghadapi Minal yang tidak meminta perkelahian melainkan hanya meminta beberapa batang paku yang berukuran 5 inchi beberapa batang, apabila para si bajak laut itu mendengar permintaan Minal, mereka segera memenuhi permintaannya. Setelah Minal menerima beberapa batang paku besi lima inchi tersebut, lalu melahap habis paku tersebut kemudian Minal meludahkan air liurnya kehadapan para lanun itu, mereka tak berkutij ketakutan dan menyerah kepada Minal dan berjanji tidak akan membuat keonaran di selat Bengkais. Semua lanun digiring oleh Minal ke Siak dan dipersembahkan kepada Sultan Siak, oleh Minal yang telah menaklukkan para lanun Sultan Jalil Rahmad Syah melantik Minal sebagai Panglima Kerajaan. Selain menghadapi dan menaklukkan para lanun Panglima Minal diuji menghadapi para Panglima Kerajaan terdahulu seperti :1. Panglima Megat Alam 2. Panglima Emping Bermintah 3. Panglima Kenaik 4. Panglima Tunggang 5. Panglima Nayan (Rupat) 6. Panglima Muhammad (Kubu) 7. Panglima Hasyim (Kubu) Apabila peluru yang diacungkan kehadapan Panglima Minal dan ditembakkan ternyata peluru tersebut tidak menjejaskan dan jatuh tepat di hadapan kakinya. Dari kejadian itu Sultan benar-benar takjub dan yakin akan kehandalan Panglima Minal. Setelah melalui uian itu Panglima Minal dinobatkan untuk memimpin keamanan wilayah perairan pesisir Pulau Bengkalis. Panglima Minal yang mempunyai istri 7 orang, dari Suku Gasib, dan dari Suku Duyun serta Buyud (istri) beliau dari Burk Bakul dan ahli warisnya masih bayak terdapat di Bengkalis.
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Zapin Sudah Mendarah Daging di Kalangan Masyarakat Bengkalis

BENGKALIS (Riau Online): Ketua Dewan Kesenian Bengkalis (DKB), H Riza Pahlefi mengatakan, tanpa bermaksud memposisikan diri sebagai negeri asal muasal, Kabupaten Bengkalis merupakan sebuah negeri di Pesisir Timur Sumatera yang senantiasa berupaya menghidupkan Zapin. Zapin merupakan tarian yang sudah menyusup dalam sendi-sendi kehidupan masyarakatnya.
"Zapin bagi masyarakat Bengkalis benar-benar sudah menjadi jati diri. Menjadi bagian dari nilai-nilai kehidupan mereka. Zapin benar-benar hidup dan berkembang semarak hingga ke ceruk-ceruk negeri," terang Riza. Hal itu dikemukakan Riza dalam orasi budayanya. Orasi itu disampaikan Ketua DPRD kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini pada malam puncak Semarak Negeri Zapin (SNZ) yang ditaja Yayasan Panggung Melayu (YPM) Depok di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (18/2) malam lalu. Di katakana Riza, di Bengkalis, di tengah riauh rendahnya aktivitas masyarakatnya, Zapin berkembang secara alami. Tanpa memandang umur, di setiap kampung dan dusun, denting dawai dan gambus, bertingkah pukulan marwas, senantiasa mengiringi gerak lincah kaki-kaki menarikan Zapin. Seni yang dulunya di masa kegemilangan imperium Melayu hanya ditarikan di kalangan istana yang terbatas, hari ini, kata Riza, berbaur menyatu di tengah-tengah masyarakat. Tidak lagi nampak nilai-nilai eksklusifitas kesenian ini. Semua seakan menyatu dan menjadi identitas bagi penari yang jelas-jelas bukan merupakan orang-orang istana. Setelah melewati proses akulturasi, Zapin kini lahir menjadi salah satu ikon budaya Melayu. "Zapin mewakili seni yang penuh dengan kehalusan, kelembutan dan lirik terpilih yang membincangkan kearifan. Gerakan yang mengulang harmonis, bias membangun kontemplasi," terang Riza seraya mengatakan kunci untuk menikmati dan menari zapin itu hati. "Jadi, Zapin itu semacan taman hati nurani," imbuhnya. Ditambahkan Riza, dengan tidak menghilangkan asal muasal kesenian ini, Bengkalis merupakan sebuah negeri yang telah 'jatuh hati' terhadap tradisi Zapin. Karena itu senantiasa memberikan sesuatu yang baru dan berupaya menjadi tempat yang menyenangkan bagi tumbuh dan berkembangnya tradisi ini. Upaya kearah itu, terus dilakukan dengan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Bengkalis "Sehingga, dalam proses kreativitas seni Zapin, Bengkalis telah melakukan dan merancang beberapa kegiatan yang bersifat nasional dan internasional untuk membawa Zapin ke sebuah tempat yang terhormat dalam kebudayaan Melayu," ungkap Riza sebagaimana dikutip Kabag Humas Pemkab Bengkalis, Johansyah Syafri yang juga hadir dalam malam puncak SNZ itu. Masih menurut Riza, disamping upaya pembentukan kegiatan yang berfungsi sebagai wadah saling belajar dan mengukur kemampuan kreasi, upaya pembinaan secara berkelanjutan juta terus dilakukan. Pembinaan yang dilakukan, katanya tidaklah sulit, karena keinginan tersebut memang telah tumbuh di hati masyarakat yang ada di Bengkalis.(ak)
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Seni dan Kebudayaan Tentukan Kekuatan Negara

BENGKALIS – Negeri yang kuat, paling tidak ditentukan dua variabel yang saling terkait. Yaitu adanya sistem pemerintahan yang kuat dan berorientasi pada kemaslahatan umat serta berlakunya nilai-nilai seni atau kebudayaan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Demikian diungkapkan Sekretaris Daerah H Sulaiman Zakaria ketika membuka helat seni Budaya Melayu tingkat pelajar SMA, Madrasyah Aliyah dan SMK se Kabupaten Bengkalis di SIMPANG AYAM KELURAHAN MESKOM, Selasa (6/5) malam lalu. ”Sebuah negeri yang ideal adalah sebuah negeri yang dipenuhi oleh lagu, ballada, piusi di satu sisi serta sebuah sistem penyelenggaraan pemerintahan yang kuat pada sisi lain. Negara Perancis merupakan contohnya,” ujar Sulaiman mengutip sastawan besar keturunan Irlandia, Wiiliam Butler Yeats, saat membacakan sambutan tertulis Bupati Bengkalis H Syamsurizal. Dikatakan Sekretaris Daerah , karena seni dan budaya bersanding secara setanding dengan pemerintahan yang kuat, Perancis muncul menjadi sebuah negara yang mamur, indah dan dirindukan banyak orang.Perancis dengan perpaduan budaya dan kekuasaan yang berorinetasi pada kemaslahatan publik tersebut, mampu menjadi magnet yang menyedot perhatian dari segenap penjuru dunia. ”Kebudayaan dan seni membuat Perancis menjadi sebuah negeri yang elok. Karena kebudayaan ditanamkan secara benar sejak dini, negara itu mampu melahirkan manusia-manusia yang memberikan kontribusi bagi kebaikan bersama. Melahirkan manusia yang mengerti dan bertanggungjawab terhadap diri dan lingkungan tempatnya berada,” terang Sekretaris Daerah . Masih menurut Sekretaris Daerah , secara secara khusus dan kebudayaan secara umum, merupakan sebuah sumber kekuatan yang tiada tara dalam membentuk peradapan manusia. Kebudayaan sejak masa paling awal telah membentuk sebuah tatanan hubungan antar manusia, antar puak, antar kaum, bahkan antar bangsa dengan semangat kemuliaan. ”Dengan segala kearifan yang terkandung, seni dan budaya memberikan inspirasi bagi manusia untuk menjadi manusia secara utuh dengan fitra kemanusiaannya yang hakiki. Mengajarkan kebersamaan, kesetaraan, kebaikan, kemuliaan serta sebuah kesadaran akan pertanggungjawaban terhadap tanah dan sejarah,” sambung Sekretaris Daerah . Tak hanya itu, dikatakan Ketua LAMR Bengkalis ini, seni dan budaya juga merupakan sumber kekuatan untuk bangkit dari berbagai keterpurukan. ”Tak sedikit bangsa di dunia ini hampir punah, tapi dengan seni dan budaya yang kuat, mereka bangkit kembali,” imbuh Sekretaris Daerah secara mengatakan Jerman dan China merupakan contoh negara dimaksud. Sehubungan dengan itu, Sekretaris Daerah mengajak seluruh lapisan masyarakat di daerah ini untuk berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Melayu yang luhur. ”Dengan kebudayaan yang kuat dan keberanian berpegang pada nilai-nilai budaya Melayu yang luhur, kita akan dapat menghadapi tantangan sebesar apapun,” ajak Sekretaris Daerah seraya memberikan apresiasi ditajanya festival yang bertajuk ’Helat Seni Menjunjung Negeri’ tersebut. Selain Ketua DPRD H Riza Pahlefi dan Muspida, terlihat hadir dalam pembukaan helat yang berlangsung meriah dan diisi berbagai penampilan aksi seni yang menarik dari Sanggar Tasik Bengkalis itu, diantaranya Asisten I H Burhanuddin, Kakan Kebudayaan dan Pariwisata H Abdul Hamid, Kabag Kesra HA Halim dan bag Umum H Kamaruddin, Kepala TU Balitbang H Yahya Eko serta anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar Marasutan Hutasuhut. Sementara itu, dihubungi usai pembukaan helat yang bkal berlangsung hingga 11 Mei mendatang itu, Kadis Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Bengkalis, Sya’ari mengatakan kegiatan ini ditaja dalam rangka pengembangan kebudayaan Melayu di Negeri Junjungan ini. ”Sebagai ikhtiar untuk mengisi pemahaman para pelajar dengan hal-hal yang bernuangsa seni tradisi. Sehingga dengan pemaham itu, mereka memiliki bekal dasar tentang segala yang berhubungan dengan seni Melayu, kearifan tradisi, dan lingkungan budaya mereka sendiri,” terang Sya’ari didampingi Ketua Pelaksana Husien El Fikri. Sumber Bagian Humas Setda kab.Bengkalis
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Di Bengkalis Zapin Ibarat Urat Nadi Yang Terus Berdenyut

bengkalis-- Dalam hidup dan kehidupan manusia, kebudayaan memiliki arti sangat penting, karena kebudayaan dapat menjadi medium untuk mengenal dirinya. Hal ini disebabkan dalam kebudayaan terdapat seperangkat sistem nilai kehidupan tentang bagaimana seseorang harus menjalankan permanusiaan dan kemanusiaan yang melekat dalam dirinya. “Oleh sebab itu, tidak salah dan berlebihan jika ada pendapat yang mengatakan, bahwa selain agama, penyeimbang yang ideal bagi hidup dan kehidupan manusia, adalah kebudayaan,” jelas Bupati Bengkalis, H Syamsurizal. Hal itu disampaikan Syamsurizal pada puncak malam Semarak Negeri Zapin (SNZ) dan penutupan Festival Lagu Zapin se-Indonesia yang ditaja Yayasan Panggung Melayu (YPM), Senin (18/2) malam lalu. Malam puncak yang juga diisi orasi budaya oleh Ketua Dewan Kesenian Bengkalis (DKB), H Riza Pahlefi itu, dilaksanakan Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta . Dikatakan bupati bergelar Sri Mahkota Sempurna Negeri ini, kebudayaan merupakan sistem yang terintegrasi di masyarakat yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan, perilaku, dan artifak atau hasil ciptaan manusia. Dalam perjalanan sejarah manusia, kebudayaan inilah yang membedakan antara manusia atau komunitas yang satu dengan lainnya. Sebagai sistem, katanya, kebudayaan mempunyai arti yang sangat penting, karena kebudayaan memiliki kekuatan untuk meredakan atau menetralisir prilaku masyarakat yang serba bebas nilai, serba pasif, dan cendrung kejam. Fakta menunjukkan bahwa sejak peradapan manusia berkembang, kebudayaan berdiri pada garis paling depan dalam proses penyadaran dan menuju titik pencerahan. Hal ini dapat diketahui dari peradaban bangsa-bangsa seperti Yunani, Eropa, Cina, dan Jepang,” kata Syamsurizal seperti disampaikan Kabag Humas Pemkab Bengkalis, Johansyah Syafri, yang juga hadir dalam malam puncak SNZ itu. Selanjutnya, kata Syamsurizal, bagi masyarakat rumpun Melayu, kebudayaan menjadi tali pengikat jiwa, raga, rasa dan citra. Bagi masyarakat Melayu, kebudayaan bukan saja berfungsi sebagai unifies everything and linking environmental practice with cultural knowledge. “Tetapi juga transmitting everything synchronically among the members of a community, as well as diachronically between generations,” ungkap Syamsuizal. Kemudian, sambung Syamsurizal, bagi masyarakat rumpun Melayu, sebagai bagian dari kebudayaan yang dimiliki, tari merupakan salah satu sokoguru seni pertunjukan tradisi. Tari merupakan cabang seni pertunjukan tertua yang lahir bersamaan dengan lahirnya kebudayaan Melayu Khusus bagi masyarakat Kabupaten Bengkalis, Zapin merupakan salah satu soko guru seni pertunjukan dimaksud. “Di Kabupaten Bengkalis, Zapin dapat diibaratkan urat nadi masyarakat yang terus berdenyut. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan kelompok penari Zapin yang dapat ditemukan di setiap desa atau pun kelompok masyarakat yang lebih kecil lainnya. Lebih dari itu, di era kebudayaan tradisional tergerus oleh arus globalisasi, di Kabupaten Bengkalis, Zapin tetap dan mampu bertahan, tidak lekang oleh gempuran berbagai kebudayaan modern,” ujarnya. Berkenaan dengan helat yang ditaja YPM itu, Syamsurizal memberikan apresiasi sangat tinggi. Karena menurutnya, helat tersebut, sejalan dengan upaya-upaya penguatan dan pelestarian kekayaan khazanah kebudayaan dan kesenian Melayu. Khususnya Zapin yang menurut Syamsurizal hingga saat ini memang terus dilakukan Pemerintah Daerah bersama komunitas budaya dan seni di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan itu. Menurut Syamsurizal, keseluruhan rangkaian helat yang ditaja YPM sejak Jum’at (15/2) lalu itu, memiliki arti sangat penting. Arti penting itu, bukan saja dalam kaitannya untuk lebih memperkenalkan tari dan lagu Zapin, atau untuk mengangkat Bengkalis menjadi ‘Negeri Zapin’. Atau untuk lebih memperkenalkan keberadaan para seniman Zapin dari Kabupaten Bengkalis ke dalam komunitas seni yang lebih besar, khususnya komunitas seni di tingkat nasional. “Lebih dari itu, kegiatan helat seni dan budaya ini juga memiliki makna sangat penting dan strategis untuk menjaga marwah dan ketamadunan Melayu dalam arti yang lebih luas”, jelas Syamsurizal seraya berharap agar YPM bersama DKB, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dapat mempelajari dan memproses, supaya keberadaan Zapin ini dapat dipatenkan sebagai salah satu kekayaan budaya Melayu di Kabupaten Bengkalis. Syamsurizal juga menjelaskan, upaya-upaya penguatan dan pelestarian kekayaan khazanah kebudayaan dan kesenian Melayu yang dilakukan itu, berangkat dari sebuah itikat luhur. Dari keinginan yang besar untuk memberikan yang terbaik pada generasi dan pewaris kebudayaan Melayu di masa mendatang. “Sehingga kelak pada masanya, di tanah Bengkalis, kebudayaan Melayu, benar-benar menjadi sebuah laman (tempat) bermain yang besar untuk mengenal diri yang kukuh. Kemudian, penguatan yang dilakukan itu, juga untuk mendukung proses percepatan terwujudnya visi Riau. Terutama untuk mewujudkan Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara tahun 2020,” katanya. Pada bagian lain, Syamsurizal mengajak seluruh komunitas Melayu, khususnya komunitas budaya dan seni Melayu di tanah air, untuk bahu membahu dan terus melakukan berbagai upaya penguatan dan pelestarian kebudayaan Melayu itu. “Sehingga ke depan, terutama di kalangan generasi muda Melayu, eksistensinya tetap dapat berkekalan,” harapnya. (Sumber Bagian Humas Setda Kab Bengkalis)
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)