Kamis, 13 November 2008

Di Bengkalis Zapin Ibarat Urat Nadi Yang Terus Berdenyut

bengkalis-- Dalam hidup dan kehidupan manusia, kebudayaan memiliki arti sangat penting, karena kebudayaan dapat menjadi medium untuk mengenal dirinya. Hal ini disebabkan dalam kebudayaan terdapat seperangkat sistem nilai kehidupan tentang bagaimana seseorang harus menjalankan permanusiaan dan kemanusiaan yang melekat dalam dirinya. “Oleh sebab itu, tidak salah dan berlebihan jika ada pendapat yang mengatakan, bahwa selain agama, penyeimbang yang ideal bagi hidup dan kehidupan manusia, adalah kebudayaan,” jelas Bupati Bengkalis, H Syamsurizal. Hal itu disampaikan Syamsurizal pada puncak malam Semarak Negeri Zapin (SNZ) dan penutupan Festival Lagu Zapin se-Indonesia yang ditaja Yayasan Panggung Melayu (YPM), Senin (18/2) malam lalu. Malam puncak yang juga diisi orasi budaya oleh Ketua Dewan Kesenian Bengkalis (DKB), H Riza Pahlefi itu, dilaksanakan Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta . Dikatakan bupati bergelar Sri Mahkota Sempurna Negeri ini, kebudayaan merupakan sistem yang terintegrasi di masyarakat yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan, perilaku, dan artifak atau hasil ciptaan manusia. Dalam perjalanan sejarah manusia, kebudayaan inilah yang membedakan antara manusia atau komunitas yang satu dengan lainnya. Sebagai sistem, katanya, kebudayaan mempunyai arti yang sangat penting, karena kebudayaan memiliki kekuatan untuk meredakan atau menetralisir prilaku masyarakat yang serba bebas nilai, serba pasif, dan cendrung kejam. Fakta menunjukkan bahwa sejak peradapan manusia berkembang, kebudayaan berdiri pada garis paling depan dalam proses penyadaran dan menuju titik pencerahan. Hal ini dapat diketahui dari peradaban bangsa-bangsa seperti Yunani, Eropa, Cina, dan Jepang,” kata Syamsurizal seperti disampaikan Kabag Humas Pemkab Bengkalis, Johansyah Syafri, yang juga hadir dalam malam puncak SNZ itu. Selanjutnya, kata Syamsurizal, bagi masyarakat rumpun Melayu, kebudayaan menjadi tali pengikat jiwa, raga, rasa dan citra. Bagi masyarakat Melayu, kebudayaan bukan saja berfungsi sebagai unifies everything and linking environmental practice with cultural knowledge. “Tetapi juga transmitting everything synchronically among the members of a community, as well as diachronically between generations,” ungkap Syamsuizal. Kemudian, sambung Syamsurizal, bagi masyarakat rumpun Melayu, sebagai bagian dari kebudayaan yang dimiliki, tari merupakan salah satu sokoguru seni pertunjukan tradisi. Tari merupakan cabang seni pertunjukan tertua yang lahir bersamaan dengan lahirnya kebudayaan Melayu Khusus bagi masyarakat Kabupaten Bengkalis, Zapin merupakan salah satu soko guru seni pertunjukan dimaksud. “Di Kabupaten Bengkalis, Zapin dapat diibaratkan urat nadi masyarakat yang terus berdenyut. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan kelompok penari Zapin yang dapat ditemukan di setiap desa atau pun kelompok masyarakat yang lebih kecil lainnya. Lebih dari itu, di era kebudayaan tradisional tergerus oleh arus globalisasi, di Kabupaten Bengkalis, Zapin tetap dan mampu bertahan, tidak lekang oleh gempuran berbagai kebudayaan modern,” ujarnya. Berkenaan dengan helat yang ditaja YPM itu, Syamsurizal memberikan apresiasi sangat tinggi. Karena menurutnya, helat tersebut, sejalan dengan upaya-upaya penguatan dan pelestarian kekayaan khazanah kebudayaan dan kesenian Melayu. Khususnya Zapin yang menurut Syamsurizal hingga saat ini memang terus dilakukan Pemerintah Daerah bersama komunitas budaya dan seni di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan itu. Menurut Syamsurizal, keseluruhan rangkaian helat yang ditaja YPM sejak Jum’at (15/2) lalu itu, memiliki arti sangat penting. Arti penting itu, bukan saja dalam kaitannya untuk lebih memperkenalkan tari dan lagu Zapin, atau untuk mengangkat Bengkalis menjadi ‘Negeri Zapin’. Atau untuk lebih memperkenalkan keberadaan para seniman Zapin dari Kabupaten Bengkalis ke dalam komunitas seni yang lebih besar, khususnya komunitas seni di tingkat nasional. “Lebih dari itu, kegiatan helat seni dan budaya ini juga memiliki makna sangat penting dan strategis untuk menjaga marwah dan ketamadunan Melayu dalam arti yang lebih luas”, jelas Syamsurizal seraya berharap agar YPM bersama DKB, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dapat mempelajari dan memproses, supaya keberadaan Zapin ini dapat dipatenkan sebagai salah satu kekayaan budaya Melayu di Kabupaten Bengkalis. Syamsurizal juga menjelaskan, upaya-upaya penguatan dan pelestarian kekayaan khazanah kebudayaan dan kesenian Melayu yang dilakukan itu, berangkat dari sebuah itikat luhur. Dari keinginan yang besar untuk memberikan yang terbaik pada generasi dan pewaris kebudayaan Melayu di masa mendatang. “Sehingga kelak pada masanya, di tanah Bengkalis, kebudayaan Melayu, benar-benar menjadi sebuah laman (tempat) bermain yang besar untuk mengenal diri yang kukuh. Kemudian, penguatan yang dilakukan itu, juga untuk mendukung proses percepatan terwujudnya visi Riau. Terutama untuk mewujudkan Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara tahun 2020,” katanya. Pada bagian lain, Syamsurizal mengajak seluruh komunitas Melayu, khususnya komunitas budaya dan seni Melayu di tanah air, untuk bahu membahu dan terus melakukan berbagai upaya penguatan dan pelestarian kebudayaan Melayu itu. “Sehingga ke depan, terutama di kalangan generasi muda Melayu, eksistensinya tetap dapat berkekalan,” harapnya. (Sumber Bagian Humas Setda Kab Bengkalis)
sumber : Dari Mahasiswa Politeknik_Bengkalis (@BDUL_RAHMAN)

Tidak ada komentar: